[Ngereview] Novel Tere Liye ‘HUJAN’: Romansa & Tragedy

Guys, kalian pernah nggak sih baca novel yang bikin kalian nangis sampai ingus meler? Atau novel yang bikin kalian mikir, “Anjir, kok bisa ya ada cerita secantik ini?” Well, gue baru aja nemuin novel kayak gitu, dan trust me, ini bukan sembarang novel. Ini adalah “HUJAN”, karya si jenius Tere Liye yang terbit tahun 2016. Dan hari ini, gue bakal ngasih kalian review yang bakal bikin kalian pengen buru-buru ke toko buku terdekat.

Sebuah maha karya novel “HUJAN” ini bukan cuma sekedar novel romantis biasa. Ini adalah rollercoaster emosi yang bakal bikin lo ketawa, nangis, gregetan, sampe pengen lempar bukunya ke tembok saking keselnya. But in a good way, you know? Tere Liye, dengan kepiawaiannya, berhasil meracik sebuah kisah cinta yang dibalut dengan nilai-nilai kehidupan yang dalam. Dia nggak cuma nulis tentang cinta, tetapi juga tentang persahabatan, pengorbanan, dan tentang jadi secret admirer yang bikin hati lo nyesek.

Sinopsis Singkat: Ketika Hujan Membawa Cinta

Ceritanya tentang Lail, cewek tangguh yang harus ngadepin kehilangan orang tuanya karena bencana alam. Di tengah kesedihannya, dia ketemu Esok, cowok yang juga jadi korban bencana. Mereka berdua sama-sama berjuang buat bertahan hidup di dunia yang udah berubah total. Dan di sinilah chemistry mereka mulai tumbuh.

Tapi guys, ini bukan cuma cerita cinta biasa. Tere Liye nambahin twist yang bikin kita semua mikir, “Lah, kok bisa gini?!” Lail jadi relawan, Esok ngejar mimpinya jadi ilmuwan. Mereka terpisah, tapi perasaan mereka? Still there, still strong.

Nilai Kehidupan yang Bikin Kita Mikir

Oke, jadi novel ini nggak cuma bicara soal cinta doang. Tere Liye dengan jeniusnya nyisipin banyak nilai kehidupan yang bikin kita mikir:

1. Ketangguhan: Lail itu tough banget. Dia kehilangan segalanya tapi masih bisa bangkit. Like, how?!
2. Pengorbanan: Ada momen di mana karakternya harus milih antara kebahagiaan diri sendiri atau orang lain. And trust me, itu bikin hati lo nyesek.
3. Persahabatan: Hubungan Lail dan Maryam itu goals banget. Mereka saling support dalam kondisi apapun.
4. Cinta yang tulus: Guys, cinta dalam novel ini tuh murni banget. Nggak ada drama lebay, tapi justru itu yang bikin powerful.

Gaya Penulisan: Tere Liye Being Tere Liye

So, gue udah baca banyak novel Indonesia, tapi gaya nulis Tere Liye di “HUJAN” ini hits different. Dia punya cara sendiri buat bikin kita connect sama karakternya. Bayangin aja, lo bisa ngerasain hujan lewat kata-katanya. Like, how is that even possible?!

Tere Liye nggak cuma nulis, dia ngelukis cerita. Setiap scene itu vivid banget. Lo bisa ngerasain panasnya api, dinginnya es, bahkan awkwardness first love. Dan yang paling gue suka, dia pinter banget main sama emosi pembaca. Satu halaman bikin lo ketawa, halaman berikutnya udah bikin lo nangis bombay.

Karakter yang Bikin Jatuh Hati

Okay, let’s talk about karakter-karakter di novel ini:

1. Lail: Cewek strong yang bikin kita semua pengen jadi sekuat dia. Tapi di balik kekuatannya, ada sisi rapuh yang bikin kita pengen meluk dia.
2. Esok: Cowok smart yang punya mimpi besar. Tapi guys, caring banget sama Lail. Relationship goals abis!
3. Maryam: Best friend goals banget! Dia support Lail dalam segala kondisi. We all need a Maryam in our life, seriously.

Plot Twist yang Bikin Gregetan

Guys, Tere Liye itu master of plot twist. Di “HUJAN” ini, dia ngasih kita twist yang bikin kita semua teriak, “WHAT THE HECK?!” But in a good way, lo tau? Ada satu twist di akhir cerita yang bikin gue langsung close bukunya, natap langit-langit kamar, dan mikir, “Apa-apaan ini?!”

Tapi that’s the beauty of it. Tere Liye nggak cuma bikin cerita yang happy-go-lucky. Dia berani ngasih kita ending yang bikin kita mikir. Dan itu yang bikin novel ini stays di kepala kita lama banget setelah kita selesai baca.

Tema-tema Besar dalam “HUJAN”

Okay, let’s break it down. Novel “HUJAN” ini nggak cuma bicara soal cinta doang. Ada beberapa tema besar yang Tere Liye angkat:

1. Cinta: Obviously. Tapi cinta di sini nggak melulu soal romantisme. Ada cinta ke sesama, cinta ke alam, dan cinta ke diri sendiri.
2. Pengagum Rahasia: Guys, being secret admirer itu challenging banget. Dan Tere Liye berhasil gambarkan perasaan itu dengan on point.
3. Nilai Kehidupan: Dari ketangguhan sampai keikhlasan, novel ini kaya banget akan pelajaran hidup.
4. Romantisme: Ada scenes romantis yang bikin hati adem, tapi nggak cheesy. Perfect balance!
5. Tragedi: Life is not always rainbow and butterflies. Tere Liye berani menggambarkan sisi gelap kehidupan.

Kenapa Lo Harus Baca “HUJAN”

1. Ceritanya relatable: Meskipun settingnya di masa depan, masalah yang dihadapi karakternya relatable banget sama kehidupan kita sehari-hari.
2. Bikin mikir: Novel ini bakal bikin lo mikir tentang banyak hal, dari cinta sampai climate change.
3. Emosional: Prepare tisu, karena novel ini bakal bikin lo nangis di satu halaman dan ketawa di halaman berikutnya.
4. Gaya bahasa yang enak: Tere Liye punya gaya nulis yang flowing dan nggak bikin pusing.
5. Plot twist: Trust me, plot twist-nya bakal bikin lo mind-blown.

Kesimpulan: Why You Should Read It

Guys, “HUJAN” karya Tere Liye ini bukan cuma sekedar novel. Ini adalah masterpiece yang bakal ngajarin kita banyak hal tentang hidup. Dari cinta, persahabatan, sampai isu global warming, semuanya dibahas dengan cara yang nggak menggurui.

Tere Liye berhasil bikin kita jatuh cinta sama karakternya, gregetan sama plot-nya, dan mikir panjang tentang hidup kita sendiri. Novel ini bukan cuma entertainment, tapi juga pelajaran hidup yang dikemas dengan sangat cantik.

So, if you’re looking for bacaan yang bisa bikin lo laugh, cry, dan mikir, “HUJAN” adalah jawabannya. Trust me, ini bakal jadi salah satu novel favorit lo. Now, excuse me while I go read it again for the 100th time.

Referensi:

1. Liye, Tere. (2016). HUJAN. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2. Adji, N. (2018). “Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Hujan Karya Tere Liye”. Jurnal Pena Literasi, 1(2), 65-80.
3. Putri, R. D. (2017). “Analisis Psikologi Tokoh Utama Novel Hujan Karya Tere Liye”. Jurnal Kata, 1(1), 64-71.